Tanya Jawab MK Anawa Budaya

Kamis, 30 April 2020
Nurul Istiqomah

Dalam objek kajian budaya yang saya pilih menggunkan analisis Teori semiotika adalah pakaian Thawb & Bisht sebagai representasi dari budaya sekaligus status sosial dalam masyarkat Arab. Nah dalam teorik Kritik ini apakah boleh saya soroti terkait penggunaan Thawb& Bisht dalam forum internasional? Kenapa tidak mengikuti standar baju Resmi yang sudah di sepakati dunia? Atau hanya fokus pada makna penggunaan Thwab & bisht  yang menentukan perbedaan  status sosial  saja?

Boleh. Semakin spesifik konteksnya, semakin baik.

Kamis, 9 Apri 2020
Desi Ayu Fitria

CONTOH ANALISIS IKLAN ABC



Objek

A. Ikon 
Gambar-gambar seperti kompor, wajan teflon, spatula, mangkok kaca, centong nasi, nasi, botol kecap, kecap kemasan plastik, telor, bawang putih, bawah merah, tomat, daun bawang, cabe, sosis, talenan, pisau, garam dan penyedap masakan, kran air, jam tangan, kemeja, dasi, celana, sabuk, meja menyerupai dengan kompor, wajan teflon, spatula, mangkok kaca, centong nasi, nasi, botol kecap, kecap kemasan plastik, telor, bawang putih, bawah merah, tomat, daun bawang, cabe, sosis, talenan, pisau, garam dan penyedap masakan, kran air, jam tangan, kemeja, dasi, celana, sabuk, meja.

B. Indeks
Terdapat tulisan “Suami Sejati Mau Masak, Terima Kasih Perasan Pertama” menunjukkan bahwa Kecap ABC mengajak para suami-suami di Indonesia untuk setara dengan istri dimulai dari dapur, tentunya dengan Kecap ABC yang membuat masakan lebih mudah dan enak.

Selain itu terdapat tulisan "AKADEMI SUAMI SEJATI" yang dimana posisinya berada disamping suami tentunya ini menunjukkan Kecap ABC memberikan dukungannya pada isu kesetaraan gender melalui kampanye. Inisiatif kecap ABC tersebut ternyata mendapat dukungan dari Aliansi Laki-Laki Baru, sebuah aliansi dari beberapa organisasi non-pemerintah yang melibatkan laki-laki untuk kesetaraan gender. Kolaborasi keduanya akan menghadirkan gerakan yang mengajak para pasangan suami-istri dan komunitas suami di tiga kota--yaitu Bandung, Semarang, dan Malang--untuk memberikan tutorial memasak dengan resep perasan pertama yang membantu mereka menjadi suami sejati dan memasak.

C. Simbol 
Nasi goreng menyimbolkan menu masakan keluarga dikatakan nasi goreng disini karena kita bisa melihat dari bahan-bahan yang tersedia. Kenapa ada suami dalam iklan tersebut karena suami itu menyimbolkan kesetaraan gender dimana kecap ABC disini memberikan dukungan pada isu kesetaraan gender.

Tanggapan:

Ini sudah bagus. Simbol bisa dieksplor lagi contoh-contoh. Yang indeks, argumentasinya sudah bagus. Ada catatan terkait ikon di tanggapan terakhir.

Interpretan

A. Rheme
Tanda yang masih multitafsir seperti kenapa suami ke dapur memakai kemeja berwarna pink, kenapa dalam tanda perasan pertama lebih kaya rasa berbentuk hati, kenapa istrinya tangannya memegang daun bawang 

B. Dicent
Tanda yang tidak multitafsir seperti dapur karena menurut saya ketika ada iklan mengenai masak pasti tempatnya didapur, logo kecap abc selain itu terdapat nasi dan bahan pendukung lainnya.


C.Argument: Bingung???

Tanggapan:

Mengenai argument, sederhananya begini. Dia seperti dicent alias kemungkinan besar tidak akan multitafsir. Bedanya, dicent merujuk ke suatu benda kan. Misalnya, tadi kamu bilang "dapur" sebagai dicent, rujukan kita pada "ruangan dapur" kan? Nah, bedanya, argument ini tidak merujuk pada benda, tetapi suatu konsep asbtrak atau aturan. Coba perhatikan baik-baik lagi. Kalau saya melihat, adanya laki-laki dan perempuan di situ, rujukan saya bukan pada fisik pasangan itu, tetapi pada suatu kaidah atau aturan bahwa "keluarga/rumah tangga terdiri dari suami dan istri". Nah, itu contoh konsep argumen.

Kalau ada satu aspek yang "mentok" kuncinya sekarang kita bisa melihat persamaan dari aspek-aspek ini:

LEVEL 1 : ikon - qualisign - rheme
LEVEL 2 : indeks - sinsign - dicent
LEVEL 3 : simbol - legisign - argument

Representamen

A. Qualisign:
berbagai bumbu dan pelengkap, seperti telur, tomat, sosis memberikan efek kelezatan dalam sajian nasi goreng. Selain itu terdapat tanda "Terimakasih" memberikan efek sumber semangat dan merasa dihargai untuk suami. Tulisan website dan logo akademi suami sejati memberikan kualitas selain promosi juga akan kecap ABC juga ingin mengkampanyekan akademi suami sejati itu sendiri.

B. Sigsign
Yang ditampilkan dalam iklan tersebut terdapat tulisan "suami sejati mau masak terimakasih", "perasan pertama", website akademi suami sejati, sekaligus logo akademi suami sejati (penggunaan bahasa dalam iklan)

C. Legisign: 
logo akademi suami sejati berhubungan dengan konsep kampanye mengajak suami untuk setara dengan istri dimulai dengan memasak

Tanggapan untuk Semua Aspek:

Analisis seperti itu sudah bagus, kita mau membongkar makna di balik setiap aspek. Kamu bisa lihat sendiri kan temuan-temuannya sangat banyak? Apalagi tentang ikon, banyak banget karena semua termasuk ikon.

Nah, dalam penelitian nanti, jika mau ambil Pierce seperti itu, kita perlu membatasi biar temuannya tidak sebanyak yang kamu tulis. Batasannya adalah pada konteks. Kira-kira, kamu mau lihat tanda dalam konteks apa? Tadi pasa bahas indeks dan simbol, beberapa kali kamu bahas kesetaraan gender, berarti konteksnya tentang kesetaraan gender saja. Ikon-ikonnya pun akan difokuskan pada ikon-ikon yang berkaitan dengan kesetaraan gender saja.

Kalau misal tidak mau kesetaraan gender, kita bisa mencari konteks yang lainnya. Misalnya pada masalah maskulinitas, pascakolonial, dan lain-lain.

Kamis, 9 April 2020
Alinda Hardiantoro

Saya ingin bertanya terkait ikon dalam objek di teori Semiotika menurut Pierce. Bagaimana jika suatu objek tidak mengandung kemiripan yang sama dengan realitanya? Apakah masih bisa dikatakan sebagai ikon atau sudah masuk dalam ranah interpretasi, Pak? Contohnya lukisan perempuan Harem di Timur Tengah (lukisan orientalis) dinilai tidak merepresentasikan keadaan realita perempuan dalam Harem tersebut.

Permasalahan objek terdiri atas ikon, indeks, dan simbol, ya. Jadi, jika bukan ikon, bisa jadi objek tersebut menjadi indeks atau simbol. Mengenai lukisan tersebut, sebagai sebuah tanda, lukisan itu bisa menjadi ikon terhadap sesuatu yang dilukisnya. Misalnya: jika dalam lukisan tersebut ada gambar seorang perempuan, maka itu adalah ikon yang merujuk pada seorang perempuan riil. Ketika berbicara ikon, kita bicara apa adanya tentang apa yang tampil (meski interpretasi bisa berbeda).

Namun, lukisan itu juga bisa jadi indeks. Lukisan harem yang dibuat oleh seorang orientalis menunjukkan bahwa dia itu punya gambaran tentang realitas perempuan pada masa itu di dalam lukisannya (atau realitas yang ingin dia sampaikan meskipun misalnya tidak sesuai dengan kondisi riil). Bahkan, lukisan itu bisa menjadi simbol, misalnya sebagai tanda bahwa lukisan harem karya seorang orientalis itu dianggap sebagai cara pandang orientalis kepada para perempuan di Timur Tengah pada masa lalu.

Terkait interpretasi, bisa jadi muncul tiga kemungkinan: rheme, dicent, dan argument. Nah, interpretasi terhadap lukisan harem itu bisa berbeda, maka lukisan harem (secara keseluruhan, bukan aspek-aspek kecil seperti gambar perempuannya saja) itu adalah rheme karena membuka banyak interpretasi. Orang tidak bisa memiliki interpretasi berbeda.

Terakhir, terkait si keberadaan lukisan harem itu sendiri. Sebagai suatu tanda, orang-orang akan melihat keberadaan lukisan harem itu berdasarkan kualitasnya (qualisign), benda kongkretnya (sinsign), atau suatu norma di balik lukisan tersebut (legisign). Nah, orang awam akan melihat lukisan itu berdasarkan sifatnya (bagus atau indahnya), maka dia menjadi qualisign. Namun, lukisan itu bisa dianalisis berdasarkan tampilannya, misal menganalisis makna di balik gambar wajah dan tubuh perempuannya, maka lukisan itu menjadi sinsign. Nah, tetapi Anda kemudian melihat tanda itu (lukisan harem) bukan hanya pada benda lukisannya, melainkan terhadap suatu norma, kode, atau ideologi tertentu yang ada di balik lukisan (sesuai atau tidak sesuai dengan realitas karena digambar oleh orientalis), maka lukisan harem tersebut menjadi legisign.


Kamis, 26 Maret 2020
Ritcia Antonni

Saya hendak bertanya terkait pembahasan matkul ANAWA. Apakah dalam pembahasan rumusan masalah perlu juga mempertimbangkan etika kesopanan seperti tidak memberikan pendapat/menyedutkan objek tersebut dan dampaknya secara idealis?

Yang perlu digarisbawahi, kita tidak berbicara apakah peneliti menyudutkan atau bukan dalam penelitian analisis wacana. Peneliti hanya membongkar apa maksud di balik suatu wacana. Dalam konteks analisis wacana kritis, peneliti akan membongkar suatu ketidakdilan atau ketimpangan yang terjadi dalam wacana yang sedang dikaji. Pertimbangannya bukan norma kesopanan (sopan atau tidak), melainkan norma akademik (benar atau salah, kuat atau tidak argumentasinya).

Selasa, 24  Maret 2020
Khairul Ummah 

Apakah objek budaya yang kami pilih harus dijelaskan menurut salah satu teori paradigma yang telah Bapak berikan? Sebab saya merasa kesulitan menganalisis dengan paradigma-paradigma tersebut.

Tidak, Objek hanya dideskripsikan dan ditunjukkan dengan argumentasi, apakah objek tersebut termasuk wacana atau bukan.


Posting Komentar

2 Komentar

  1. Apa penyebab munculnya sifat etnosentris di kalangan budayawan?

    BalasHapus
  2. Agama dapat membatasi pengaplikasian kebudayaan agar terdapat batasan yang baik dan benar. Apa yang menjadi pedoman agama dalam membatasi hal tersebut? Sedangkan sekarang banyak sekali yang menganggap budaya adalah musyrik dan hal baru (bid'ah) contoh: Petik Laut, sedangkan keunikan budaya setiap daerah berbeda.

    BalasHapus

Silakan tinggalkan komentar.